Sumpah Pemuda! Yes,,,,,begitu besarnya arti peristiwa 85 tahun yang lampau. Patutlah kita semua kembali merindukan kebesaran peristiwa seperti saat itu. Di saat bangsa kita sedang terjajah, disanalah justru muncul kesatuan tekad untuk menyatakan:
satu Tanah Air, satu bangsa, satu bahasa Indonesia.
Bagaimana dengan keadaan saat ini? Saya sangat bangga menyaksikan berbagai prestasi baru anak-anak muda Indonesia. Baik dalam bidang ilmu pengetahuan, olah raga juga kesenian. Di satu sisi kita pun patut waspada, karna perjuangan untuk membentuk masa depan Bangsa yang gemilang...masih mendapatkan berbagai tantangan.
Keoptimisan dan kerja cerdas untuk menyelesaikan PR yang tertinggal tentunya dapat menjadi proses yang menyenangkan. Termasuk bagaimana kita semua dapat bersatu bahu-membahu memanfaatkan Gelombang Bonus Demografi Indonesia !
Satu hal yang tak terlupa saat saya
mengikuti program AOTS (The
Association for Overseas Tehcnical Scholarship) untuk
program Corporate Management di Jepang, Juni 2007, adalah perkataan Profesor
Masayuki Furusawa dari Osaka University of Commerce.
Furusawa menyatakan pentingnya Intellectual Workers bagi perusahaan-perusahaan
di dunia untuk tetap eksis di era Megacompetition ini. Namun sayangnya bagi
Jepang, mereka memiliki masalah besar dengan demografi penduduknya. Jumlah
penduduk usia tua di atas 65 tahun meningkat tajam dari tahun ke tahun.
Komposisi per tahun dalam prosentase digambarkan sebagai berikut : tahun 2001:17.7
% , tahun 2025: 28.7%, tahun 2050: 35.7% , yang artinya 1 orang produktif setidaknya menopang 1 orang non produktif (lansia dan di bawah usia kerja).
Dampak yang berat bagi para pekerja
mudanya. Selain mereka harus menanggung pajak yang besar, juga jumlah tanggungan meningkat. Mereka harus menopang PIRAMIDA demografi yang
terbalik. Setiap kali mereka menerima penghasilan, mereka harus menyisihkan
jumlah yang besar untuk kebutuhan orang lain yang ditanggungnya.
Bagaimana
dengan Indonesia?
Justru sebaliknya, Indonesia akan
merasakan bonus demografi. Periode 2025-2030 itulah masa puncak-puncaknya
jumlah angkatan kerja jauh berlebih dibanding usia tua. 100 orang produktif hanya menanggung 44 orang non produktif. Inilah
peluang besar yang harus kita ambil. Gelombang sangat baik sedang menghampiri
Indonesia, dan ini belum tentu akan terulang kembali.
Seorang teman saya Belda, yang tinggal
di Tokyo, mengatakan:”Sejak dua tahun ini tiba-tiba nama Indonesia menjadi HARUM di
Jepang. Di koran, majalah, TV, banyak berita tentang Indonesia yang perekonomiannya
menanjak dengan pesat, karena most of the peoplenya ada pada usia
muda/produktif, dan usia konsumtif, (kerja, kawin, punya anak, nyekolahin anak
dll. perlu beli ini beli itu). Nah ini diincar oleh para investor Jepang. Sejak
tahun lalu mulai bermunculan perusahaan-perusahaan consulting dan research yang
mau membantu perusahaan Jepang yang mau investasi ke Indonesia. “
Masalahnya apakah kita mampu bermain
dan memanfaatkan gelombang baik tersebut? Di satu sisi jika kita salah
mempersiapkan diri, maka kita hanya menjadi penonton dari luar area permainan.
Bahkan dimungkinkan Negara kita akan dibanjiri oleh tenaga kerja profesional
asing-Ekspatriat.
So, it’s our time. And it’s our great Challenge!
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya …
Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”
~Soekarno~