A mother holds her children's hands for a while...their
hearts forever.
Ya, tulisan blog ini khusus dibuat bertepatan dengan Hari Ibu
(22 Desember). Begitu besarnya peran
seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, bahkan lingkungan
sosialnya. Dan itupun terjadi dalam kehidupanku.
Kusadari begitu beruntungnya aku,,,karna akupun memiliki ibu yang luar biasa. Dan dalam buku MASTER 18 kitapun dapat melihat beberapa tokoh dunia dan tokoh FUN MASTER Indonesia yang memiliki apresiasi khusus terhadap peran sang Ibu dalam keberhasilan mereka.
Kusadari begitu beruntungnya aku,,,karna akupun memiliki ibu yang luar biasa. Dan dalam buku MASTER 18 kitapun dapat melihat beberapa tokoh dunia dan tokoh FUN MASTER Indonesia yang memiliki apresiasi khusus terhadap peran sang Ibu dalam keberhasilan mereka.
THOMAS ALFA EDISON
Karena
peran Nancy Mattews (sang ibu) lah akhirnya dunia mengakui bahwa seorang yang agak tuli dan dianggap bodoh di sekolah,
akhirnya menjadi seorang penemu paling berpengaruh dalam sejarah (dengan 1093
hak paten). Bahkan sadarkah kita, mungkin jika saat itu seandainya Sang Ibu
menyerah dan mempercayai pernyataan guru anaknya sbb: “Tommy anak ibu, sangat
bodoh. Kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah” mungkin kita tidak
dapat merasakan berbagai fasilitas penerangan dan tidak akan ada perusahaan
sebesar General Electric (GE) tersebut.
Ya,
karena Nancy lah yang akhirnya menjadi guru pribadi Edison di rumah, membangun
kepercayaan dirinya hingga akhirnya Edison pun memahami bahwa "Genius
is 2% and Perspiration is 98%."
HEE AH LEE
Dilahirkan 9 Juli 1985, sebagai gadis Korea
dengan fisik yang jauh dari ukuran normal dan penyandang lobster claw syndrome
(hanya memiliki 4 jari berbentuk capit) dan juga down syndrome. Namun
gabungan berbagai keterbatasan tersebut akhirnya berubah menjadi sebuah
kekuatan sekaligus keindahan berkarya, tatkala terjadi gabungan antara cinta
kasih seorang ibu ditambah ketekunan Hee sebagai anak. Dunia saat ini mengenalnya sebagai salah satu
pianist yang sanggup memainkan nada-nada sulit musik klasik komponis kenamaan
seperti Chopin, Beethoven, Mozart dengan sempurna. Padahal, jika dilihat tidak
ada not balok dari musik-musik klasik itu yang khusus dibuat untuk dimainkan
dengan empat jari.
Hee mengatakan bahwa ibunya lah Woo Kap Sun, di
balik semua keberhasilannya tersebut. Selain berperan menjadi ibu bagi Hee, dia
juga mencoba menjadi kakak, bahkan sahabat bagi Hee. Ia begitu sabar membimbing
dan menjaga semangat serta ketekunan Hee di tengah kekurangannya. Ia selalu
menyebut anaknya sebagai anugerah Tuhan meski terlahir kurang sempurna. Akhirnya
Hee menjadi seorang yang tumbuh mandiri, percaya diri, dan selalu bersemangat
dalam menghadapi hidup.
“Terlahir cacat itu bagiku merupakan
anugerah spesial dari Tuhan. Kalian tetap bisa melakukan apa pun.”
Berikut beberapa tokoh FUN MASTER Indonesia mengungkapkan apresiasi tertingginya pada sang ibu…
Agnes
Monica (FUN Singer):
Sebenarnya waktu kecil saya ingin jadi
atlet, mungkin karena papi dan mami adalah seorang atlet. Mami dulu adalah
atlet Nasional tenis meja (Juara Nasional), sedangkan papi atlet basket. Suatu
kali, saat usia 6 tahun, saya tertarik dengan Desi Anwar, sejak saat itu saya sering bergaya di depan kaca
menirukan cara Desi Anwar membawakan acara. Saya beruntung mempunyai orang tua yang mendukung saya, sejak saat
itu mami memberikan support terbaik dengan mulai memasukkan ke sanggar dan
mencarikan guru-guru terbaik bagi saya. Meskipun jaraknya jauh dan lebih mahal,
namun guru yang berkualitas itu sangatlah penting.
Kemudian, kedua orang tua. Khususnya
Ibu saya. Beliau banyak mendukung dalam berbagai hal. Bahkan saat awal masuk ke
dunia entertainment, ini bukan hal yang mudah. Saat itu di sekolah pun, cukup
banyak hambatan yang dialami. Di saat prestasi sekolah baik di samping kegiatan
di dunia entertainment mulai meningkat, banyak suara miring mengenai predikat
juara kelas yang diperoleh. Bahkan pernah di suatu waktu, saat usia 8 tahun,
saya tidak kuat, dan menangis. Saat itu mami merangkul dan berbisik “Agnes
jikalau kamu menangis, mereka akan menang.” Sampai saat ini, kata-kata mami itu
begitu berarti. Ya, justru kami harus menunjukkan bahwa semua itu diperoleh melalui
kerja keras, bukan dengan cara lain. Umur 13 tahun, saat saya mendapatkan ujian
yang sangat besar dalam kehidupan, kembali mami mengingatkan untuk fokus pada
tujuan yang positif. Mami berkata “Apa
bedanya seorang pemenang & maestro? Bedanya seorang pemenang mereka
mungkin menang hanya sekali, tapi seorang maestro justru ketika menghadapi
masalah yang begitu besar dan berulang kali, ia tetap tegar dan akhirnya
menang.”
Begitu berartinya masa kecil saya di balik segala keterbatasan ekonomi
keluarga. “Anak cucu keturunan orang benar tidak akan meminta-minta”. Itulah
prinsip orangtua saya. Dan saya sangat beruntung memiliki mereka. Jam 3 pagi ibu sudah bangun, membuat adonan
kue untuk kemudian digoreng dan dijual kepada tukang-tukang kayu yang tinggal
disekitar rumah. Ayah membantu dan kami
anak-anaknya jadi terbiasa bangun pagi. Di rumah kami jam 4 atau jam 5 pagi semua anak sudah bangun. Orang
tua tidak pernah memaksa. Ketika mengajar mereka memberi contoh.
Kebiasaan
ini terpelihara terus hingga kini.
Dalam kehidupan saya, banyak orang yang
berjasa. Memang kadang ada orang-orang tertentu dalam bidang spiritual
memberikan pengaruh positif. Namun di luar itu semua, ada satu kecintaan dan
hormat saya pada ibu. Setiap hari ibu
mendoakan saya dan ini adalah motivator yang luar biasa memberikan power agar
saya lebih teguh dalam berkarya, di saat orang tua merestui dan mensupport.
Begitu besar kasih sayang Ibu,,,,terima kasih Ibu,,,dan wujud syukurku aku mau berbuat sesuatu buat IBU PERTIWI...Biarlah lilin kecil ini terus menyala, dan mampu memberikan sinarnya yang tulus....dan kelak kita lihat Ibu Pertiwi pun akan tersenyum...