Seorang
musisi harus membuat musik, seorang artis harus melukis, seorang pujangga harus
menulis, kalau ia mau betul-betul berdamai dengan dirinya sendiri.
~ Abraham Maslow
Tulisan kali ini, saya ingin berbagi berbagai proses latihan yang membuat seseorang mampu mencapai prestasi terbaiknya. Bagi saya pribadi, bakat terbaik seseorang ibarat "harta karun", dari lahir kita memilikinya, namun jika kita tidak menggali dan melatihnya maka ia tidak bernilai apa2.
Latihan Intens Mendatangkan Bakat Natural
Apa
jadinya jika seorang aktor demam panggung, seorang atlet gugup di lapangan,
seorang penari latar cedera di atas panggung, seorang pelajar saat ujian
tiba-tiba kehilangan semua ingatan untuk materi yang sudah dipelajarinya? Ada dua kemungkinan. Yang
pertama, mereka memang tidak berbakat di bidang tersebut. Yang kedua, mereka
tidak mempersiapkan diri secara optimal.
Gary McPherson pada tahun 1997 melakukan
sebuah penyelidikan misteri penyebab perbedaan kemajuan anak-anak dalam
pembelajaran alat musik. Sebanyak 157 orang anak dipilih secara acak, diikuti
perkembangan mereka sejak beberapa minggu sebelum memilih alat musik pada usia
7-8 tahun. Kemajuan mereka ditelusuri berdasarkan wawancara terekam, tes
biometrik, dan sesi-sesi latihan semuanya direkam dalam kamera video.Selama
9 bulan pertama sejak mengikuti pelajaran telah ditemukan perbedaan yang
signifikan. Ada
yang mengalami kemajuan yang meluncur bak roket, ada anak yang hampir tidak
bersemangat, dan sebagian besar berada di antaranya. Keterampilan mereka
membentuk kurva normal.
Apa
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut? Ternyata bukan IQ, bukan juga
keterampilan motor sensorik ataupun kemampuan ritme anak-anak tersebut. Jawabannya
diperoleh dari sebuah pengujian berupa pertanyaan yang diajukan kepada mereka
sebelum mereka memulai latihan pertamanya. Pertanyaannya adalah “Berapa lama menurutmu kamu akan memainkan
alat musik barumu?”Ternyata
hasilnya menunjukkan bahwa dengan jumlah latihan yang sama, kelompok yang
berkomitmen jangka panjang, melampaui mereka yang berkomitmen jangka pendek
sebesar 400%. Jika anak-anak yang berkomitmen jangka panjang memiliki pola
latihan tingkat tinggi, maka keterampilannya akan jauh melesat meninggalkan
yang lain.
Seperti Tiger Woods
pegolf nomor satu di dunia. Apakah dia lahir begitu saja dengan bakatnya tanpa
latihan? Ternyata Tiger Woods berlatih lebih lama dan lebih banyak dibanding
pegolf mana pun. Ketika pegolf yang lain masih tidur, Tiger Woods sudah berada
di lapangan dan memukul minimal 1000
bola setiap harinya.
Demikian pula Roger
Federer yang sepertinya terlahir untuk jadi legenda. Meskipun banyak orang
menilai dirinya sangat berbakat dalam permainan tenis sejak kecil, namun
menurutnya bukan bakat yang membuatnya seperti sekarang. Kerja keras, ketekunan
berlatih, dan keuletan di lapangan lah yang membuat dia bisa jadi juara sejati. “Saya terus berlatih untuk meningkatkan
teknik permainan saya dan menambah kekuatan saya. Proses ini saya jalani sampai
hari ini dan bahkan makin saya tingkatkan sejak saya jadi juara. Ini saya
lakukan karena saya yakin masih banyak perbaikan yang harus terus dilakukan.”
Hee Ah Lee berlatih minimal 6 jam sehari jika
sedang sekolah, sedang jika libur, dan berlatih minimal 13 jam sehari. Peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008, Michael Phelps rata-rata berlatih di kolam
renang 550 kali setiap tahun. Bahkan mulai tahun 2000‒2004, untuk menghadapi Olimpiade 2004 di Athena, Michael
digenjot latihan di kolam renang hingga 2200 kali per tahun.Antara tahun 2002‒2003,
menjelang Kejuaraan Dunia di Barcelona, saat musim dingin Michael tetap
berlatih di kolam renang dan mencapai jarak tempuh hingga 85.000 meter per
minggu. Setiap hari Michael harus berlatih dan jarak tempuh yang dicapai
Michael per tahun sekitar 9.000 mil.
Aku benci
berlatih. Tapi aku berkata: Jangan berhenti. Menderita
sekarang. Jalani sisa hidupmu sebagai juara.
~ Muhammad Ali