21/08/11

FUN Entrepreneurship


FUN Entrepreneurship 

Saat ini berkembang sebuah pandangan bahwa jika sebuah negara mau maju lebih cepat, salah satunya tergantung dari jumlah entrepreneur di negara tersebut. Sebagai gambaran negara tetangga kita Singapura, memiliki sekitar 7% entrepreneur dari jumlah warganegaranya, China sekitar 2%. Bagaimana dengan Indonesia? Hingga saat ini data masih menunjukkan pergerakan sekitar angka 0.18%.

Pertanyaan pun muncul, apakah setiap kita bisa menjadi entrepreneur? Apakah entrepreneurship bawaan sejak lahir atau sesuatu yang bisa dilatih? Sebelum menjawabnya, yuk kita lihat definisinya. Dari berbagai macam definisi yang ada, saya tertarik dengan apa yang dikatakan Joseph Schumpeter (1912). 

“Seorang entrepreneur tidak selalu seorang pedagang (businessman); ia adalah orang yang unik yang berpembawaan sebagai pengambil resiko dan yang memperkenalkan produk-produk inovatif dan tehnologi baru ke dalam perekonomian.“

Dari definisi tersebut kita dapatkan 3 kata kunci seorang entrepreneur: unik, pengambil resiko, inovatif.

Unik
“Hologram dunia tidak akan lengkap tanpa bakat unik Anda.”
Pernahkah kita sadari bahwa setiap manusia itu dilahirkan unik? Bahkan jika kita mengenal teori genetik, bahwa setiap manusia yang lahir di muka bumi ini adalah perpaduan dari 23 kromosom ayah dan 23 kromosom ibu. Artinya probabilitas menemukan orang yang sama persis dengan kita adalah 1:300.000 bilyun. (dimana penduduk dunia saat ini sekitar 7 milyar). Setiap kita harusnya unik. Namun bagaimana menemukan, mengenali, dan memanfaatkan keunikan kita? Bagaimana caranya?


Mulailah dengan membangun sebuah impian yang bebas (Free), jangan batasi kemampuan diri kita (Unlimited), dan beranilah menyatakan kepada orang lain (Notified). Di sinilah Anda mulai merancang  sebuah identitas ‘brand’ yang bermakna bagi orang lain.

Jika Anda terus fokus pada impian tersebut, suatu saat kita akan menemukan talenta yang pas, bahkan menemukan keunikan bakat Anda tersebut. Sebuah talenta adalah pemberian dari Sang Pencipta, ibarat harta karun yang luar biasa bernilai, maka kita harus menggalinya.

“Bakat yang kita miliki adalah hadiah dari Tuhan untuk kita. Apa yang dapat kita hasilkan dari bakat tersebut adalah hadiah dari kita untuk Tuhan.”
~ Leo Buscaglia

Pengambil resiko
Secara umum memang ada orang yang dilahirkan dengan memiliki karakter ‘risk taker’. Artinya cukup banyak orang yang secara karakter lahiriahnya tidak terlalu berani untuk mengambil resiko. Namun bagi saya, setiap orang mampu berlatih untuk berani mengambil sebuah ‘challenge’ yang lebih baik buat kehidupannya. Bagaimana caranya?

Bangunlah sebuah persiapan yang matang. Karena hanya dengan ‘preparation’ yang baiklah, maka kita mampu memprediksi resiko yang akan muncul. Bahkan, orang yang terus membiasakan diri dengan selalu menyiapkan dirinya yang terbaik, sesuai dengan sasaran impiannya ----ia jauh lebih baik dalam menghadapi resiko dari orang yang berkarakter ‘risk taker’ namun tidak membangun ‘preparation’ yang baik dan tidak memiliki impian yang jelas.

“Success always comes when preparation meets opportunity”
~ Henry Hartman

Inovatif
Untuk menghasilkan produk yang inovatif, tentunya kita harus kreatif. Menurut Zimmerer (2009) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Kreatif tapi tidak inovatif adalah sia-sia karena ide hanya sebatas pemikiran tanpa ada realisasi.

Seorang peneliti dari NASA, Josh Clark pernah menyampaikan hasil penelitiannya bahwa hanya 2% dari orang dewasa yang kreatif, di satu sisi 98% dari anak-anak berumur 5 tahun ternyata kreatif. Dan yang menarik seiring dengan perkembangan usia, banyak orang yang meninggalkan sisi kreativitas dalam dirinya. Mengapa ini dapat terjadi?  Dengan bertambahnya usia seseorang, keberanian mereka makin berkurang untuk berpikir kreatif ‘thinking out of the box’ tanpa takut dibilang bodoh oleh orang lain.

Artinya untuk mampu menghasilkan sesuatu yang inovatif mestinya setiap manusia punya modal dasarnya. Justru tantangannya bagaimana agar modal dasar tersebut tidak terdepresiasi dari waktu ke waktu.

Dari definisi dan pemahaman 3 kata kunci arti entrepreneurship tersebut, saya mengajak setiap kita mulai mengembangkan roh 'entrepreneurship' tersebut. Dan Anda dapat melatih dan mengembangkannya mulai dari pekerjaan Anda saat ini. Karena seorang karyawan sebuah perusahaan pun, sebenarnya ia mampu memulai menjadi seorang 'entrepreneur'  dengan mengembangkan hasil karyanya di pekerjaannya (buatlah brand yang bernilai setiap hasil kerja Anda, siap mengambil resiko untuk mencapai target terbaik, dan selalu memberikan karya-karya yang inovatif). Dengan inilah Anda akan menjadi sosok karyawan yang unggul yang menghasilkan competitive edge baik bagi diri sendiri atau pun perusahaan kita. Ingat seorang karyawan harusnya memberikan 'karya', bukan hanya bekerja.

Demikian juga bagi Anda yang saat ini telah memulai menjadi wirausaha, suatu tantangan yang paling penting dijawab adalah: apakah kita telah memberikan keunikan, memiliki mental tahan banting untuk menantang resiko, dan selalu menawarkan produk-produk yang bernilai. 

Untuk lebih lanjut mengetahui bagaimana menjadi pribadi yang mampu eksis sesuai identitas dirinya, dan mampu menjadi seorang entrepreneur sejati dapatkan jurus-jurusnya dalam buku MASTER 18.