02/05/12

FUN HARDIKNAS

Setiap perayaan hari Pendidikan Nasional bagi saya adalah sebuah peluang perenungan positif apa yang sangat memungkinkan kita lakukan bersama buat kemajuan Anak Bangsa kita. Di balik masih banyaknya PR (pekerjaan rumah) dan berbagai pandangan yang belum positif terhadap kualitas pendidikan di tanah air, yuk kita lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk segala jenis kegelapan. Berikut adalah petikan pembicaraan saat talk show FUN MASTER di radio DFM 103.4 FM Selasa, 1 Mei 2012.

Tepat 90 tahun lalu, sejarah Indonesia mencatat berdirinya Perguruan Taman Siswa oleh Bp, Ki Hadjar Dewantara. Dan tahun ini tema yang dicanangkan oleh Bapak Mohammad Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah:

Hal ini sangat menarik dan saya yakin menjadi satu perenungan apakah ini hanya slogan ataukah memang kita punya satu rancangan strategi yang jelas untuk menuju impian mulia tersebut. Adalah suatu hal yang saya syukuri saat sahabat saya Ibu Melly Kiong mengundang saya saat peresmian Center of Motherhood Sabtu, 28 April lalu. Karna di sinilah untuk pertama kalinya saya bertemu dengan Bapak Prof. Dr. Daoed Joesoef (Menteri P&K 1978-1983...sebutan utk kementerian Pendidikan dan Kebudayaan era tsb). Beliau adalah satu sosok pendidik yang tegas dan memiliki idealisme luar biasa, bahkan di saat usianya saat ini 85 tahun! Satu pernyataan yang saya sangat ingat dari beliau adalah "Ketahanan dan kekuatan suatu bangsa terletak pada bidang pendidikan!"

Sejenak pikiran saya teringat sebuah peristiwa yang terjadi saat Perang Dunia II. Jepang di kala itu hancur luluh lantak saat Hiroshima dan Nagasaki terkena serbuan bom atom. Yang sangat menarik adalah pertanyaan pertama kali yang diajukan Sang Kaisar (Hirohito) saat itu."Berapa jumlah guru yang tewas dan yang selamat?"
Begitu Sang Kaisar mendapatkan jawaban bahwa cukup besar jumlah guru yang selamat, maka timbullah keyakinan bahwa Bangsa Jepang akan dapat bangkit dengan cepat. Para guru lah yang dinilai oleh Kaisar Hirohito yang akan membawa pemulihan dan pembentukan karakter bangsanya. Dan sejarah membuktikan, akhirnya Jepang menjadi salah satu negara yang dihormati dan memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, Wow, ini hal yang luar biasa. Dan menurut saya inilah keyakinan yang harusnya kita miliki buat bangsa Indonesia. Mulailah kita perbaiki sistem pendidikan kita, mulailah kita tingkatkan kualitas guru (baik kompetensi mau pun apresiasinya).

Kita boleh belajar dari negara Finlandia, yang saat ini dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional negara dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa tsb, disumbangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dari negara agraris yang tak terkenal, kini menjadi negara maju di bidang teknologi. Siapa yang tak kenal produk HP Nokia! Bagaimana sebenarnya sistem pendidikan di sana?

  • Pendidikan awal dimulai dari saat seorang bayi pulang ke rumah setelah dilahirkan! Setiap keluarga yang memiliki bayi baru, diberikan  maternity package (berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri!) Mereka sangat yakin bahwa PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) adalah tahapan paling kritis dalam belajar sepanjang kehidupan. 90%  pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
  • Pemerintah mendorong kegemaran membaca melalui penerbitan buku anak-anak. Jumlah buku anak-anak yang diterbitkan di Finlandia melebihi negeri mana pun di dunia. 
  • Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur!  Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Bahkan untuk setiap jenjang kelompok pendidikan (misal Sekolah Dasar dari kelas 1-6), para guru tsb tidak akan diganti. Mereka akan mendampingi murid yang sama selama 6 tahun, dengan tujuan dapat mengamati dengan baik perkembangan karakter dan bakat si anak. Untuk hal ini saya jadi teringat bagaimana kisah di novel/film Laskar Pelangi. Dengan keterbatasan dana yang ada, di sekolah Muhammadiyah di Belitung, memang akhirnya hanya terbentuk 1 kelompok murid. Namun akhirnya bu Mus sebagai pengajar, dapat melihat perkembangan karakter dan bakat 10 orang muridnya dengan baik (Ikal dkk). Yang akhirnya  bakat si murid dapat diarahkan untuk pencapaian yang terbaik. Ingat bagaimana bu Mus memilih Mahar sebagai pimpinan untuk lomba Karnaval 17 Agustus antar sekolah, yang berhasil dimenangkan. Juga Lintang, dengan semua kemampuan akademisnya yang akhirnya memenangkan lomba Cerdas Cermat.   
  • Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan FUN, masuk kelas siswa diminta melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination  untuk masuk Perguruan Tinggi.

MOMENTUM bagi Indonesia itu sekarang! Atau peluang itu hilang sama sekali. Mengapa? Saat ini bangsa kita dikaruniai Bonus Demografi yang demikian besar. Data 2010 menyatakan bahwa 58.4% penduduk kita berusia produktif (20-54 thn) di mana jumlah ini makin meningkat hingga tahun 2030 bahkan 2035. Hal ini yang tidak dimiliki oleh negara Jepang yang mereka harus menanggung piramida demografi terbalik. Begitu seorang lulusan perguruan tinggi bekerja, mereka harus menopang jumlah usia tua (non produktif) yang besar. Saya pribadi sangat tertantang dengan Visi Indonesia 2030 yang dilontarkanYayasan Indonesia Forum (2007) bahwa Indonesia akan menjadi satu dari bagian 5 besar kekuatan ekonomi dunia.