"Tapak Tilas Pendidikan" itulah aktivitas yang saya lakukan sebelum liburan. Selama 5 hari di Surabaya, saya berusaha mengenang masa-masa sekolah khususnya saat di SD dan SMP. Caranya? Kunjungan ke gedung sekolah-sekolah dan menemui beberapa orang guru yang masih aktif. Banyak cerita menarik, berkesan, juga membuat hati ini kembali tergerak. Mengharukan, saat saya tidak lagi menemukan gedung sekolah TK-SD ku Bhinneka Bakti jl. Kayon, yang telah berubah menjadi area perkantoran.Namun saya berhasil mengunjungi SD Santa Anna di jl Menur Pumpungan (sekolahku saat kelas 4-6). Sengaja saya berjalan kaki menyusuri gang-gang kecil, mengenang langkah-langkah kaki kecilku dulu. Hahaha benar, saya tersadar, bahwa di masa-masa itulah, saya memiliki postur tubuh yang paling ceking (seingatku dengan tinggi badan 155 cm an, berat badanku hanya 38 kg di kala itu).
Dari obrolan dengan guru-guru dan melihat realita yang banyak terjadi di lingkungan sekolah, ada pertanyaan besar dalam diriku. Benarkah kita telah memrioritaskan pendidikan Anak Bangsa yang tepat?
- Masih banyak kurikulum sekolah yang lebih menekankan pendidikan kognitif daripada karakter.
- Masih banyak orang tua murid yang galau, ikutan sibuk ngurusi "PR" anak-anak mereka yang bertumpuk dan kadang tidak jelas tujuannya.
- Masih banyak anak-anak yang terpaksa diikutkan kursus untuk mengejar nilai-nilai mereka (termasuk beberapa mata pelajaran yang belum tentu mereka minati).
- Masih banyak anak-anak yang kehilangan peluang mengembangkan kreativitas dirinya.

Carpe diem! Isilah harimu anak-anak, jadikan hidupmu luar biasa.