31/05/12

Bangkit Indonesiaku....bersama Deddy Mizwar


Di tengah-tengah kesibukannya yang luar biasa Deddy Mizwar memberikan wawancara pada 31 Mei 2011—sehari sebelum launching film terbaru yang dibintanginya berjudu;, Kentut. Wawancara berlangsung mulai pukul 08.00 dengan suasana akrab diiringi derai tawanya.


Sikap  tulusnya untuk melayani sangat senada dengan kemunculannya sebagai salah seorang tokoh film nasional. Ia berusaha tetap eksis di jalurnya untuk memberikan tontonan bernilai di tengah-tengah problema mentalitas bangsa. Bahasa dan klomunikasi visual demikian mudah memengaruhi mindset manusia—termasuk pola pikir generasi muda pewaris bangsa ini.
Apa alasan memilih Deddy Mizwar sebagai salah satu nara sumber buku ini? Prestasi Deddy Mizwar adalah hal yang sangat berarti bagi generasi muda. Cukup menarik cara Deddy Mizwar  melakukan transformasi dirinya dari seorang aktor berkelas menjadi seorang sutradara dan produser yang berkualitas. Apa yang dilakukan oleh Deddy Mizwar jauh dari kata mengejar komersial yang  dihasilkan film-film buatannya. Semua filmnya menginspirasi dan mendidik bangsa Indonesia tanpa kesan Deddy Mizwar ingin ‘menggurui’ anak bangsa.
Penulis buku ini teringat masa remaja ketika menonton film Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Penulis sangat tergugah dengan film Ketika yang disutradarainya. Film itu menyoroti kehidupan yang umum di dunia saat ini. Banyak orang berlomba mengejar kesukesan—sering diartikan kaya harta—tanpa menyadari hati yang sedang digerogoti rayap keserakahan dunia. Ingat kembali film  Naga Bonar Jadi 2 yang sarat dengan inspirasi untuk membangun dan menata nasionalisme bangsa khususnya bagi generasi muda.
Deddy Mizwar adalah contoh dari anak bangsa yang langka—seorang yang religius dan tidak pernah diam mengkritisi perkembangan negeri ini melalui film-filmnya dengan harapan agar anak bangsa selalu mawas diri. Ketika Deddy Mizwar mendeklarasikan diri sebagai calon presiden pada 27 Februari 2009, sebagian orang menilai tindakannya itu merupakan sikap positif. Ia adalah seorang budayawan yang berusaha mendobrak penyakit masyarakat yang masih terjangkit budaya feodal yang melihat kekuasaaan sebagai privilese. 
Sesuai tema besar buku MASTER 18 ini, Deddy Mizwar  menerapkan pola hidup sebagai seorang FUN MASTER. Ia membangun impian, disiplin, kerja keras, dan menemukan bakat alamiah hingga meninggalkan legacy bagi generasi masa depan lewat film-filmnya. Hasil karyanya benar-benar menjadi salah satu kebanggaan Indonesia.
Deddy Mizwar kelahiran  Jakarta, 5 Maret 1955 adalah seorang aktor senior dan sutradara Indonesia terpandang. Orangtuanya bernama H. Adrian Andres dan Sun'ah. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional periode 2006-2009. Prestasinya meraih nominasi FFI (Festival Film Indonesia) sebanyak 12 kali dari periode 1982-1990 dan memenangkan 5 buah piala Citra dalam ajang FFI: sebagai Pemeran Pria Terbaik FFI dalam film Arie Hanggara (1986), Naga Bonar (1987), dan Naga Bonar Jadi 2 (2007).
Ia juga terpilih sebagai Pemeran Pembantu Pria Terbaik dalam Opera Jakarta (1986) dan Kuberikan Segalanya (1992). ia pun meraih Piala Vidia sebagai Pemeran Pembantu Pria Terbaik dalam Vonis Kepagian (1996) dan Pemeran Pria Terbaik sekaligus Sutradara Terbaik dalam Sinetron Terbaik FSI, Mat Angin (1999). Siapa yang tidak kagum karena prestasinya meraih dua Piala Citra sekaligus, sebagai Pemeran Utama Terbaik dan Pemeran Pembantu Terbaik di tahun 1986.
Lewat film Naga Bonar Jadi 2 (2007), Deddy Mizwar membuktikan dirinya bukanlah seorang aktor tua yang mengidap post power syndrome. Ia justru berhasil menunjukkan permainan akting yang luar biasa. Kematangannya sebagai aktor berwatak mampu mempertahankan aura bintangnya di antara para bintang muda idola yang menjadi pendampingnya.  PSSI menilai Deddy  telah membangkitkan kembali semangat dan keriangan bermain sepak bola di kalangan anak-anak kampung, yang nyaris punah. Oleh karena ityu, PSSI memberikan penghargaan kepada Deddy. Kementerian Pemuda dan Olahraga juga menghargai dedikasinya yang ikut membangkitkan rasa nasionalisme generasi muda.

Production house PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan oleh Deddy Mizwar, dan sejak 1997 menghasilkan film-film bernilai seperti serial tv Mat Angin, serial Ramadan Lorong Waktu, Demi Masa, Kiamat Sudah Dekat, Para Pencari Tuhan, dan film bioskop Ketika, Naga Bonar Jadi 2 (film terbaik FFI 2007), Identitas (film terbaik FFI 2009). Semua film produksinya selalu konsisten mengusung pesan moral, religius, sekaligus kritik sosial membangun rasa nasionalisme.

Kutipan pembicaraan penulis dengan Deddy Mizwar yang dilakukan dengan metode FUN MASTER.
FUN MINDSET
Apakah industri film impian Anda sejak kecil?  
Ah tidak seperti kondisi yang serkarang ini. Ketika saya dibentuk, orangtua suka saya menjadi apa. Sampai sekarang ini pun seolah-olah masih ada para orangtua yang membentuk anak-anak dengan profesi-profesi tertentu yang dianggap mapan, seperti: dokter, insinyur, dan sebagainya. Namun, saat ini industri kreatif membuktikan perubahan yang begitu besar. Tiba-tiba kita berada pada era di mana tidak perlu bicara modal  uang besar, namun kreativitaslah  kuncinya. Semua begitu cepat, beda dengan dulu ketika saya masih kecil.
      Setelah saya ikut berteater tahun 1973, setelah lulus sekolah saya menjadi pegawai negeri. Ini harapan orangtua setelah lulus sekolah,  untuk lebih cepat bergerak dan mencukupi kebutuhan ekonomi. Pada tahun 70-an, di mana industri film belum berkembang sejauh ini, saya lebih memilih untuk mendalami seni peran. Saya menerima konsekuensinya. Ibu saya menentang keputusan saya itu. Harus ada pengorbanan, ketekunan, kesungguhan, kecintaan dan tahu risikonya serta tidak perlu cengeng.
FUN ATTITUDE
Orang sukses punya attitude yang tidak biasa, apa jurus khusus Anda mengembangkan karier di dunia film?
Saya berupaya untuk menjadi  yang terbaik dalam  profesi saya. Artinya saya harus bekerja lebih keras, berlatih lebih sungguh-sungguh. Saat diberikan kepercayaan kepada saya, ya saya harus berikan yang terbaik sesuaikemampuan saya. Jika saya tidak ambruk, saya tetap akan bekerja.  Saya jalankan semua itu. Saya  pernah datang ke lokasi pengambilan gambar (syuting) dengan kondisi hidung berdarah. Hal itu merupakan tanggung jawab profesi.  Saya masih bisa berjalan,dan  masih bisa berpikir. Kalau saya berhenti, berapa banyak orang yang berhenti bekerja gara-gara saya.
      Salah satu pengalaman terberat, saat syuting kerja sama dengan Malaysia. Saat itu saya main dalam 2 film, baru pulang dari lokasi syuting, dijemput lagi ke lokasi lain. Saya kurang tidur sampai salah satu pembuluh darah yang pecah. Saya tidak boleh menyerah, badan harus tetap anak muda. Tidak ada alasan untuk berhenti bekerja, karena ini menyangkut banyak orang, konsekuensi budget yang dikeluarkan produser. Kita harus empati dan harus hindarkan energi buruk yang ke luar.
FUN SPIRIT
Sejak membintangi film pertama Cinta Abadi tahun 1976, apakah sudah merasa mulai mencapai sukses?
 Justru saya merasa belum diperlukan di industri film, dan saya memutuskan  kuliah lagi di Inistitut Kesenian Jakarta waktu itu. Saya  tidak pernah  ditawari main film selama beberapa tahun. Bahkan ada stigma waktu itu, seorang bernama Deddy Mizwar tidak mendatangkan hoki bagi industri film. Apa saya harus memercayai sitgma itu? Momen paling penting adalah bagaimana kita memutuskan untuk tidak meninggalkan suatu pilihan yang sudah lama kita impikan. Itu harus dibayar, dan tahu risikonya. Paling-paling saya makan sehari sekali, itu risiko yang terpahit. Jangan mencari kambing hitam.
      Intropeksi pada diri sendiri itu lebih penting. Kita gali potensi diri kita. Jika kita tahu risiko yang terberat, dan kita mau mengatasinya, maka itulah energi. Dari situlah akan muncul semua potensi manusia. Demikian juga dalam perfilman, tidak boleh salahkan broker atau pihak lain. Karena sebuah impianlah yang  menghasilkan energi luar biasa.

Bagaimana spirit awal untuk mencoba menjadi sutradara dan produser?

Saya mencintai industri film. Saya harus belajar apa pun  tentang film, tidak hanya sebagai pemain film. Jika saya hanya mengandalkan sebagai pemain, suatu hari  tidak dipakai maka  selesailah karier perfilman saya.
      Sebelum meningkat ke sana, ada faktor lain pada tahun 1987, yang membuat saya menjadi percaya diri. Pada saat top-top dengan Naga Bonar,  ada perusahaan menawarkan kontrak 3 film dalam setahun. Saya berkata, “Boleh asal saya yang merancang bukan Anda.”  
Waktu itu saya berkeinginan untuk belajar lagi, secara ekonomi penghasilan mungkin hanya cukup tidak berlebih, yang penting anak istri tenang. Dalam hidup ini, sering kali ada persimpangan, sebuah pilihan antara kepuasan batin dan ekonomi. Namun, kesempatan saya mengekspresikan diri sendiri itu penting. Saya mau merancang sendiri karena memiliki obsesi untuk mengekspresikan gagasan yang baik dan berguna bgi masyarakat. Ini persimpangan jalan. Mau dapat duit banyak atau belajar? Ada momentum untuk belajar tanpa mengganggu ekonomi keluarga. Kamai melakikan negosiasi dan permintaan saya diterima. Kadang saya tidak percaya, bahwa prosesnya akhirnya berjalan lebih mudah. Ini semua karena kita sudah membayar lebih sejak awal.
 Tahun 90-an, saya punya kepercayaan sendiri untuk produksi sendiri. Saya tidak harus menjadi pemeeran utama. Saya berpikir apa yang belum saya raih secara profesi pemain, tidak ada dalam sejarah dalam 1 festival 2 kategori dimenangkan satu orang. Ini yang menjadi batu lompatan. Impian saya berubah lagi. Dulu mau jadi pemain terkenal nomor 1. Sekarang apa lagi? Saatnya bangun impian baru.
Pasti ada hambatan dalam kehidupan ini?
Banyak halangan yang terjadi. Akan  tetapi, pengalaman mengajarkan, sebesar apa pun hambatan yang kita mhadapi jangan mengadu kepada orang. Kita mengadu  kepada yang menciptakan kita. Ada ketenangan dan kelegaan yang luar biasa. Kita siap secara mental dalam kondisi seburuk apa pun.
Ini yang sering terabaikan dalam dunia selebriti, sumber energi dari Sang Pencipta. Jangan biarkan aura berantakan. Hubungan  dengan manusia jangan dirusak. Dari situlah pertolongan  orang-orang akan datang. demikian sebuah attitude yang harus kita jaga.
Meskipun banyak cobaan, kalau kita memposisikan diri sebagai pelaku, ada kekuatan yang lain dari Tuhan yang membantu. 
FUN TALENT
Dalam film Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Arie Hanggara dan Opera Jakarta tampak peran berwatak Anda dan mengandung unsur FUN. Bagaimana cara Anda menggali bakat akting?

Film Kejarlah Daku Kau Kutangkap merupakan komedi meski para pemainnya bukanlah pelawak. Film itu mencapai box office. Bicara mengenai bakat sebagai aktor,  saya merasa tidak punya bakat di dalam seni peran. Oleh karena itu, saya giat berlatih terus-menerus. Ini adalah power. Jika orang lain berlatih 6 jam, saya 12 jam sehari. Jadi, jika saya dibilang bagus, bukan karena berbakat, tapi karena latihan, dan diolah.

Siapa yang berpengaruh dan (mungkin) menjadi mentor Anda?
Dalam kehidupan saya, banyak orang yang berjasa. Memang kadang ada orang-orang tertentu dalam bidang spiritual memberikan pengaruh positif. Namun, di luar itu semua, ada satu kecintaan dan hormat saya kepada ibu. Setiap hari ibu mendoakan saya dan ini adalah motivator yang luar biasa memberikan power agar saya lebih teguh dalam berkarya pada di saat orangtua merestui dan mensupport.
Di film,  saya bersyukur ditemukan dan disutradarai oleh orang-orang  yang luar biasa, di antaranya almarhum Teguh Karya, Nya Abbas Akub, Wim Umboh, Arifin C. Noer. Kalau dibayangkan bagaiman tiba-tiba menjadi sutradara, tidak ada sekolahnya selain saya dulu sekolah teater IKJ.
Dalam kehidupan terkadang ada yang di luar yang direncanakan menjadi sesuatu yang penting yang harus kita ambil keputusan. Misal di proses syuting Abumawas, saat memasuki pertengahan dari total 52 episode, tiba-tiba sang sutradara harus ke Jerman. Saat itu M.T.  Risyaf sutradara Naga Bonar bilang kepada saya, “Kamu saja Ded, yang gantiin.” Begitu hebat saat itu pikiran saya berkecamuk, bahkan tidak bisa tidur. sinetron sedang tayang, apakah harus berhenti?
Akhirnya dengan referensi yang ada saya kumpulkan semua crew. Saya memastikan apakah mereka mempercayai saya tidak, karena saya belum pernah menjadi sutradara selama ini.  Saya berkata jika  kalian percaya, maka bantu saya. Jangan segan  beritahu saya jika saya  salah. Saya perlu komitmen mereka. Sebagai orang baru di bidang penyutradaraan, saya harus terbuka, butuh feedback.
Jangan menutup diri untuk mendapatkan ide dari orang lain, yang malahan menjadikan kita bodoh. Ini memang sebuah keputusan yang sangat sulit. Jika saya gagal, maka produksi akan berhenti, dan berapa banyak orang berhenti.
      Jika tidak ada peristiwa itu, maka belum tentu praktk itu ada. Hambatan seperti itu ukan menjadikan saya  mundur. Namun, justru menguatkan dan mematangkan diri sendiri. Dengan spirit itu yang membuat talent seseorang  bisa muncul.

FUN ENERGY

Skenario film-film produksi PT Demi Gisela Citra Sinema sangat berkualitas. Bagaimana Anda menghasilkan skenario film?

Saya tidak bisa menulis, saya bercerita, dan terkadang imajinasi masuk dalam dunia yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Bagaimana ide tersebut dapat dibuat berdasarkan peristiwa yang kita alami, hasil diskusi dengan teman, atau kliping-kliping. Semua ide tersebut coba diuji dan didalami secara tim. Kadang-kadang di mobil, saya meminta teman untuk ikut mengingat apa yang saya ceritakan.
Saya bicarkan agar tidak lupa, atau pointer-pointer cerita itu  dicatat. Sebuah ide begitu cepat datang tak terduga dari sebuah peristiwa. Sesuatu yang kita lihat sangat sederhana, jika dilihat dari perspektif yang lain bisa menjadi luar biasa. Kreativitas bukan masalah umur. Tidak dibatasi ruang dan waktu. Ini semua termasuk peranan Tuhan.
Saya yakin jika kita serius menggali nilai-nilai dari masyarakat Indonesia, kita mampu bersaing dengan film-film box office yang ditayangkan di televisi, karena ada sesuatu ikatan emosi di sana. Memang kita butuh budget yang cukup. Namun, ini sebuah kerjasama dan harga yang harus dibayar. Yang membuat kita percaya diri, adanya sebuah keyakinan, karena ada visi yang jelas juga teman-teman yang mendukung. Misal proyek Sinema 20 Wajah Indonesia yang tahun lalu dibuat dalam rangka 20 tahun SCTV. Sekarang  telah berkembang menjadi Sinema Wajah Indonesia dan diterima dengan baik di masyarakat.

Bagaimana cara mengarahkan dan memimpin sebuah tim industri film?

Saya belajar, bagaimana membuat sebuah film berkualitas dibutuhkan kebersamaan dan keterbukaan. Supir kalau perlu saya ikut, mencari properti yang sulit, saya akan ikutkan. Kalau industri film lancar, itu karena kebersamaan, Yang lemah harus kita bantu jangan disalahin. 
      Saya mementingkan keterbukaan, bukan hanya dengan para crew film juga dengan para pemain.  Misal di sinetron  Para Pencari Tuhan  yang telah memasuki  tahun ke-5, dan memiliki respon yang baik di jam tayangnya, para pemain saya ajak berunding. Semua bisa memiliki rasa memiliki, bisa mengembangkan karakter yang dimainkan jika kita berikan ruang kebebasan. Setiap orang punya impian tentang tokohnya. Jadi,usulan mereka yang baik, harus bisa diserap. Pemain pun juga seorang kreator, bukan anak wayang yang cuma dikeluarkan saat diperlukan. 

Apa rahasinya sehingga film produksi PT Demi Gisela Citra Sinema berkualitas?

Saya menekankan pada tim saya, bahwa kami harus membuat film yang punya standar kualitas dan isinya harus bisa dipertanggungjawabkan di dunia ini maupun di akhirat nanti. Karena dengan film dampaknya besar memengaruhi cara berpikir masyarakat. Apalagi di Indonesia dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi, setiap tontonan begitu berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang.
Bayangkan seorang anak yang dari awal disuguhi kemewahan gaya hidup, seandainya dari SMP sampai SMA selama 6 tahun mereka menonton seperti itu, bisa kita bayangkan apa yang terekam dan mereka bawa saat   kuliah dan bekerja. Mereka hanya memikirkan mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mengejar gaya hidup seperti itu.
Banyak orang bilang saya bodoh. Di saat stasiun televisi minta saya membuat film, saya tetap memikirkan skenario yang berkualitas.
FUN RECYCLE
Ketika meraih posisi puncak tahun 1990, Anda justru melakukan refleksi diri dengan  rindu kampung halaman dan muncul sebuah peristiwa pencerahan. Ada apa dengan Anda?
Saya punya teman lama yang memperkenalkan seorang ustad yang gayanya slengekan, dan mengingatkan kenapa di era perkembangan perfilman yang pesat ini, tidak ada film-film yang membawa nuansa Islam dengan identitas yang sesungguhnya. Tidak ada alternatif tontonan, kecuali ceramah-ceramah. Saya berpikir lalu selama ini apa yang saya lakukan? Untuk kepentingan saya, ego saya, keluarga saya atau kelompok saya. Sangat mudah sekali sebenarnya jika kita punya spirit dan impian, ada power yang positif, lalu dipertemukan.
Akhirnya saya yakin  dengan membuat sesuatu yang religius, akan ada orang lain yang mengikuti dengan positif. Minimal orang belajar membuat seperti itu. Masyarakat Indonesia butuh tontonan yang baik buat keluarganya. 
Saya muslim, apa yang saya bisa beri untuk agama saya. Orang bilang saya mereposisi saya sebagai pemain untuk memproduksi tontonan religius tersebut. Saya sebenarnya tidak menganggap ini reposisi. Tuhan memberi pengetahuan kepada saya apa yang bisa diberikan, timbul wawasan lain berupa sebuah panggilan.
Akhirnya sinetron bernuansa religius Abumawas (1992) dibuat in house production RCTI. Saya tidak perlu dibayar untuk merancang di sana, kecuali honor sebagai pemain. Saya mau membuktikan bahwa tontonan ini akan diterima masyarakat sebagai alternatif pilihan. 
Apa pesan Anda kepada generasi muda?

Pilihan kita begitu banyak dalam pendidikan. Kembali pada visi, untuk apa engkau sekolah. Tidak Kuciptakan jin dan manusia, selain untuk beribadah. Harusnya bekerja untuk beribadah. Karena rezeki dan lain-lain ada yang mengatur. Lakukan yang terbaik dari apa yang kamu miliki itu untuk ibadah. Bicara rizki tidak hanya uang. Dari situlah kau akan dapatkan power yang luar biasa.


FUN CHARACTER

Bagaimana orang-orang menilai citra Anda?
Terkadang saya risih, orang-orang memberi penghormatan berlebih kepada saya, termasuk mencium tangan saya. Karena saya seorang manusia biasa yang masih punya banyak kelemahan. Persepsi orang bahwa saya sebagai penceramah agama, di mana saya sebenarnya lebih menyampaikan nilai-nilai lewat film. Demikianlah  masyarakat, di mana film bagai sihir yang begitu kuatnya. Terkadang saya berpikir saya tidak bisa menjadi manusia biasa kalau seperti ini.
.Jika lapar saya bisa makan dan berhenti di mana saja. Meskipun banyak orang sekeliling saya yang protes. Saya bisa sholat di mushola mana saja. Tidak perlu penghormatan-penghormatan yang tidak penting. Terkadang saya cairkan dengan suasana canda, karena saya senang begitu. Kadang-kadang saya tidak menyadari popularitas saya. Saya hidup karena saya mengamati semua manusia. Saya tidak bisa lepas dari lingkungan masyarakat, pekerjaan saya mengekspresikan kehidupan mereka. Inilah ikatan emosionalnya. (Untuk pertanyaan interview terakhir ini, penulis merumuskan setidaknya 3 karakter utama yang dikonfirmasi ke Bung Deddy Mizwar).
Religius, Sang pembelajar, Membumi.


Deddy Mizwar identik dengan  film-filmnya yang berkualitas. Hasil itu dicapai berkat dedikasinya yang tinggi terhadap profesi perfilman. Rasa empatinya demikian besar untuk menyatukan visi anak bangsa dalam membangun ibu pertiwi.  Kegelisahannya tentang negara, bangsa, tanah air, ia ekspresikan melalui puisi hasil karyanya, Bangkit:
B a n g k i t
Oleh Deddy Mizwar
Bangkit itu SUSAH!
Susah melihat orang lain susah Senang melihat orang lain senang

Bangkit itu Takut …
Takut korupsi Takut makan yang bukan haknya

Bangkit itu Mencuri!
Mencuri perhatian dunia dengan prestas i…

Bangkit itu MARAH!
MARAH!!! Bila martabat bangsa dilecehkan!  

Bangkit itu malu …
Malu jadi benalu Malu karena minta melulu  

Bangkit itu …
Tidak ada!
Tidak ada kata menyerah!
Tidak ada kata putus asa!  

Bangkit itu … AKU!
Untuk
Indonesiaku …